Gimana sih caranya menghitung rating acara di Televisi ?


Serial TV apa yang sering Telefisier tonton? Sinetron? Reality Show? Acara Musik? Talk Show atau Berita? Kalau mimin sih sukanya nonton kartun aja deh hehehe. Tapi mimin sedih nih Telefisier, soalnya kartun-kartun yang disiarin di TV sekarang udah nggak sebanyak dulu huhuhu.. Usut punya usut nih Telefisier, ternyata acara TV juga mengalami seleksi alam hihi. Seleksi seperti apa ya???


Jadi gini nih Telefisier, ternyata untuk menentukan suatu acara dapat bertahan atau pupus ditengah jalan adalah...... RATING ! Nahhh, gimana ya caranya menghitung rating suatu acara? Kan yang nonton banyak banget -_- Daripada bingung langsung aja yuk kita bahas :)


Di Indonesia, penyelenggaraan survei rating televisi di tanah air dirintis oleh Survei Research Indonesia (SRI) sejak 1990. Pada tahun 1994, AC Nielsen perusahaan riset pemasaran terkemuka asal Amerika Serikat—mengakui sisi SRI, sehingga namanya berubah menjadi AC Nielsen-SRI. Selanjutnya beberapa kali perusahaan ini berganti nama. Awalnya, AC Nielsen Media International, kemudian Nielsen Media Research.


Secara internasional, NMR adalah bagian dari grup perusahaan VNU Media Measurement & Information. Terakhir pada tahun 2004, membentuk join venture dengan AGB, penyelenggara survei kepemirsaan terbesar nomor dua di dunia, sehingga namanya berubah menjadi AGB Nielsen Media Research. Melalui bendera AGB Nielsen Media Research, wilayah surveinya mencakup di 30 negara.


Di Amerika, Nielsen Media Research menggambarkan dua tipe berbeda dalam mengambil sampel saat ingin mengukur aktivitas menonton TV di Amerika Serikat. Pertama, NTI yang didesain untuk merepresentasikan populasi di sebuah daerah. Hasil datanya bertaraf nasional. Sebagai sampel, Nielsen mula-mula memilih acak lebih dari 6000 area di suatu negara, biasanya berpusat pada area urban, lalu mensensus seluruh rumah tangga yang ada di area itu. Setelah itu, 5000 rumah tangga dari seluruh populasi diambil lagi secara acak. Setiap keluarga dihubungi dan jika mereka bersedia untuk menjadi responden, Nielsen akan memasang people meter.


Prosedur yang hampir sama di Indonesia juga dilakukan oleh AGB Nielsen yang saat ini wilayah suirveinya mencakup 10 kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin. Tingkat penyebaran panel (satu set perangkat pencatatan rating pada televisi rseponden) didasarkan pada survei awal atau Establishment Survey (ES) di 10 kota tersebut untuk menetapkan dan mengidentifikasi profil demografi penonton TV. Dari ES, akan didapatkan jumlah rumah tangga (berusia 5 tahun ke atas) yang memiliki TV yang berfungsi dengan baik atau disebut populasi TV. Penyebaran sampel tidak sama di setiap kota, yaitu Jakarta 55 persen, Surabaya 20 persen, Bandung 5 persen, Yogyakarta 5 persen, Medan 4 persen, Semarang 3 persen, Palembang 3 persen, Makassar 2 persen, Denpasar 2 persen, dan Banjarmasin 1 persen. Angka ini proporsional berdasarkan populasi kepemilikan televsisi di tiap-tiap kota itu. Kepemilikan televisi di Jakarta, misalnya, 55 persen terhadap total 10 kota, maka jumlah sampelnya 55 persen.

Angka rating televisi dihitung dengan rumus sederhana:

Rating   =   Jumlah Penonton Suatu Program
      ---------------------------------------------- X 100 %
       Jumlah Universe

Sedangkan

Share   =  Jumlah Penonton Suatu Program
                ---------------------------------------------- X 100 %
 Total Penonton TV Disaat Bersamaan

Contoh jumlah universe di Jakarta teradapat 3 televisi. Misalnya akan dihitung rating dan share masing-masing televisi tersebut pada pukul 9 sampai pukul 10 malam dimana misalnya TV A ditonton oleh 5 juta orang, TV B 4 juta orang, TV C 2 juta orang. Maka seluruh jumlah pemirsa adalah 11 juta orang. Dengan rumus tadi rating TV A adalah 25% dengan perhitungan: 5 juta dibagi 20 juta dikali 100%. Sedangkan share untuk TV A: 5 juta dibagi  dibagi 11 juta dikali 100 % yakni 45%. Demikian juga dengan TV B dan C, tinggal memasukan rumus di atas tadi.

Pengambilan Data Kepermirsaan Televisi
Pesawat televisi dan peralatan yang terhubung akan dipantau secara elektronik oleh sistem people meter. Masing-masing anggota rumah tangga diberikan sebuah tombol khusus pada handset people meter, misalnya tombol 1 untuk ayah, tombol 2 untuk ibu, dan tombol 3 untuk anak. Anggota rumah tangga diminta untuk menekan tombol handset pada saat menonton televisi dan menekan kembali ketika selesai menonton.

Pengambilan data dilakukan melalui dua sistem, yakni offline dan online. Pada sistem online data diambil setiap malam melalui  sistem telepon yang disetting secara otomatis dan dihubungkan dengan sistem pengolahan data sentral di AGB Nielsen Media Research. Sitem penarikan data harian atau daily rating di Jakara, Bandung, dan Surabaya. Sedangkan untuk data offline di kota lainnya akan didatangi petugas Liaison Officer untuk mengganti modul atau alat perekam data.

Membaca Rating
Lalu bagaimana data rating televisi bisa menjadi “kebijakan” para programmer televisi? Data rating yang dibeli dari AGB Nielsen bisa ditelaah dengan mudah oleh bagian departemen programming televisi, pun oleh production house atau agency. Data berupa grafik dan angka suatu acara di televisi A bisa dikomparasi dengan acara di televisi B di waktu yang sama. Program acara juga bisa dilihat minutes by minute, sehingga bisa terbaca pada menit ke berapa acara ditonton banyak orang dan kapan mulai ada penurunan.  Jadi selain head to head dengan program lain, data rating acara televisi juga bisa dilihat secara detail bagaimana trend pemirsa menonton acara tersebut.

Inilah yang nantinya diolah sehingga pada akhirnya menjadi “kebijakan” programing, misalnya apakah acara itu akan terus dilanjutkan, dihentikan, atau “direvisi” sana-sini. Data rating yang telah diolah tadi lantas didistribusikan pada para produser dan tim kreatif. Maka seperti penjelasan di atas, angka nol koma sekian saja menjadi sangat penting untuk mereka.

Ohhh jadi begitu yaaa cara menghitung rating acara TV.
Emmm pantes ya banyak acara TV yang kadang kurang bermutu tetap disiarkan. Sooo sebagai Telefisier yang bijak dan cerdas, pilihlah program TV sesuai umur dan carilah yang mendidik yaaaa :) 


CONVERSATION

9 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. kalo persentase sampel tiap daerah tidak sama,berarti tingkat akurasi penentuan rating dan share hasilnya tidak mewakili penonton tv yg sebenarnya dong
    bayangkan jika Bandung yg hanya memiliki 5% sample atas suatu acara apakah bisa mewakili selera publik bandung tersebut atas suatu acara ? karena ternyata dari sisanya 95% itu ada 40% lagi yg senang acara yg termasuk dalam sample tersebut, juga menonton acara tersebut..dan kalo di jumlah ternyata bisa melebihi sample yg di Jakarta..gak akurat jadinya sebaran sample itu

    BalasHapus
  3. Enggak masuk akal...ribe r penjelasannya.

    BalasHapus
  4. Ya lumayan utk pengetahuan umum,inikan cm sample jd kynya klo tingkat akurasi ya pasti py tehnis berbedalah,...di negara kita palingan nariknya dr para pengguna tv kabel yg bs di tarik datajya by online, klo offline kynya ga pernah ada ya😁😥

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Makanya sekolah yang bener. Jangan main mobel lejen atau pabji mulu.

      Hapus
  6. Untuk Pemirsa mungkin hanya sekedartahu saja, tidak ada manfaat langsung tentang penentuan rating ini.
    Hanya saja kadang Pemirsa merasa kurang nyaman saat menonton acara yang mungkin menjadi tontonan favorit banyak orang, Iklannya terlalu banyak dan terlalu dipaksakan yang membuat Pemirsa bukannya tertarik dengan suatu iklan malah merasa sebaliknya jadi merasa bosan dan merasa Tidak tertarik lagi.

    BalasHapus

Back
to top